Pesantren Istighfar Tombo Ati, Tempat Pemulihan Bagi Mantan Preman

SEMARANG, Banggasemarang.id – Di tengah hiruk-pikuk kehidupan di Semarang, terdapat sebuah Pondok Pesantren (Ponpes) yang mencuri perhatian. Pesantren ini tidak seperti yang lainnya, karena mayoritas santrinya adalah mantan preman atau mereka yang pernah terlibat dalam kasus kriminal. Pesantren ini dikenal dengan sebutan Pesantren Preman dan bernama Pesantren Istighfar Tombo Ati, yang didirikan oleh Mohammad Kuswanto, atau akrab disapa Gus Tanto, pada tahun 2004.

Terletak di Jl. Perbalan No. 755, Purwosari, Kec. Semarang Utara, Kota Semarang, Jawa Tengah, pondok pesantren ini bermula dari keprihatinan Gus Tanto terhadap tingginya angka kriminalitas di kampungnya. Ia berkeinginan membina para pelaku kriminal agar dapat menjadi manusia yang lebih baik dan bermanfaat bagi masyarakat.

Pesantren Istighfar Tombo Ati mengambil nama yang memiliki makna mendalam, dengan Istighfar yang berarti ‘permohonan maaf’ dan Tombo Ati yang berarti menenangkan diri. Julukan pesantren preman melekat pada Ponpes ini karena para santrinya memiliki latar belakang yang unik, kebanyakan pernah terlibat dalam tindak kriminal.

Berbeda dengan pesantren lainnya, Istighfar Tombo Ati tidak menerapkan sistem menginap untuk para santrinya. Mereka datang hanya untuk berkonsultasi, terutama mengenai kehidupan, dan diselesaikan melalui ilmu agama. Setiap hari, sekitar 250 mantan preman datang ke pesantren ini untuk mendapatkan bimbingan dari Gus Tanto.

Dalam mendidik para santrinya, Gus Tanto tidak berjuang sendirian. Ia dibantu oleh para ustad dan ustadzah yang kompeten di bidangnya. Pelajaran agama seperti tafsir Al-Qur’an, Fiqih, Hadist, dan lainnya menjadi bagian dari rutinitas harian para santri.

Meskipun santrinya berganti-ganti, Gus Tanto selalu memberikan pesan kepada mereka untuk berbuat baik. Ia meyakinkan bahwa Al-Qur’an menyatakan, setiap kebaikan, sekecil apapun, akan dibalas dengan kebaikan, begitu juga dengan keburukan.

Pesantren Istighfar Tombo Ati tidak hanya unik dari segi santrinya, tetapi juga dari ornamen bangunannya. Di bagian depan pesantren, terdapat patung naga yang terpotong dengan usus yang terburai, melambangkan pemutusan hubungan dengan kejahatan. Di antara potongan tubuh naga itu tertulis kalimat Arab yang berbunyi “Innasholati Whanushuki Wamahyaya Wamamati Lillahi Ta’ala,” yang artinya shalat, ibadah, hidup, dan mati hanya milik Allah.

Di dalam musholanya, terdapat lampu disko yang memberikan nuansa berbeda saat shalat berjamaah. Di dindingnya terdapat tulisan “Wartel Akhirat 0.42443,” yang merupakan jumlah rakaat shalat. Semua elemen ini menciptakan atmosfer unik dan penuh makna di Pesantren Istighfar Tombo Ati, tempat yang tidak hanya memberikan pembinaan spiritual, tetapi juga menjadi jalan pemulihan bagi mereka yang mencari kesempatan kedua.