Film  

Ini 6 Film yang Shooting di Kota Semarang, Salah Satunya Rembulan Tenggelam di Wajahmu

SEMARANG – Kota Semarang menyuguhkan banyak tempat dan view menarik yang asik buat dijadikan objek wisata. Kota yang damai dengan bangunan-bangunan kuno yang bernilai historis itu lho, bikin susah move on. Sebut aja Kota Lama, Lawang Sewu, Sampo Kong, Tugu Muda, dan Masjid Besar Kauman.

Tidak heran, sineas perfilman Indonesia juga tertarik untuk memanjakan mata para penonton karyanya dengan latar tempat kota Semarang. Bahkan, perizinan untuk menggunakan lokasi syuting di kota Semarang terbilang mudah.

Nah, Buat yang kangen atau belum kesampaian main ke Semarang, ada nih yang Semarang-Semarang banget di 5 Judul Film ini:

1. Rembulan Tenggelam di Wajahmu (2019)

Foto: Max Pictures. 

Baru saja tayang pertengahan bulan Desember 2019 ini, ‘Rembulan Tenggelam di Wajahmu’ tak ketinggalan menggunakan latar kuno dan antik Kota Semarang. Film Indonesia besutan sutradara Danial Rifki, merupakan adaptasi dari novel best seller karya novelis ternama Tere Liye, dengan judul yang sama.

Seperti biasa, alur dan setting untuk novel Tere Liye memang mengandalkan imajinasi pembacanya. Tak ada nama kota, tak ada pula latar belakang waktu. Ini pun menjadi tantangan bagi sang sutradara untuk memvisualisasikan alam pikir pembaca melalui filmnya.

Sebagaian besar isi film ini memang menceritakan alur ketika Ray, tokoh utama kembali ke masa muda. So, setting jadul perlu banget dimunculkan. Nah, Kota Semarang lah pilihan Danial. Bahkan, Danial melakukan riset ke beberapa kota dan sempat mengeksplore kota Semarang selama sebulan.

Nuansa tembok-tembok kuno di Kota Lama, rumah-rumah lama di Jalan Wahidin, pelabuhan Tanjung Mas Semarang mampu menghidupkan nuansa gelap namun kaya akan memori dan makna, dari film ini. Sangat pas dengan akting memukau Bione sebagai Ray muda, dan Arifin Putra sebagai Ray dewasa.

2. Kukejar Cinta Sampai Ke Negeri Cina (2014)

Di film Kukejar CInta Sampai Ke Negeri Cina, ada banyak spot khas di kota Semarang, seperti pemandangan kawasan Tugu Muda, masjid Baiturrahman, tempat wisata Klenteng Sampo Kong, dan Universitas Diponegoro (UNDIP).  Bisa bikin nostalgia banget dengan kota Semarang.

Menceritakan mahasiswa Jakarta yang lagi kuliah di Semarang, Imam. yang hidupnya masih belum mulus. Kuliahnya nggak lulus-lulus. Universitas Diponegoro (Undip) Semarang menjadi jadi setting tempat kuliah Imam. Relatable sekali dengan candaan bahwa Undip itu “JKT-SMG” banget karena banyak sekali anak Jakarta merantau kuliah Undip.

Ia bertemu dengan turis berhijab dari Cina, ketika sedang berjalan-jalan di Sampo Kong Semarang. Cerita petualangan cinta dan religinya pun bermula dari situ, hingga setting berubah ketika Imam bertolak ke negeri Cina untuk mengejar cintanya.

Selain menyuguhkan latar tempat yang Semarang banget, gaya bahasa medok pun menambah warna di film ini tentang kehidupan Semarang. Seperti bicaranya Widya kekasih Imam, serta teman-teman dan orang-orang di kampus Undip yang Jowo banget. Tapi aksennya, hmmm belum Semarang banget lah.

3. Ayat-Ayat Cinta  (2008)

Fahri, Aisha, dan Maria dalam Film Ayat-Ayat Cinta, begitu booming pada masanya. Film yang rilis tahun 2008 ini merupakan adaptasi dari novel Ayat-Ayat Cinta karya Habiburrahman El-Shirazy, yang juga sangat melegenda. Film ini memperkenalkan kembali proses menikah dengan jalan taaruf kepada masyarakat Indonesia, melalui cerita cinta Fahri dan Aisha di Mesir.

Sutradara Hanung Bramantyo sempat dibuat resah karena gagal berangkat ke Kairo, Mesir. Namun, syukurlah lokasi di Semarang dan Jakarta bisa menjadi obatnya. Kawasan Kota Lama Semarang pun bisa disulap menjadi khasnya Mesir. Contohnya, pasar El-Khalil yang seharusnya di Mesir, “dipindah” ke Kota Lama. Flat Maria dan Fahri ada di Lawang Sewu lho.

Nuansa religi di Mesir pun tetap masuk dan masih bisa membaur dengan jalan cerita, meskipun tak jadi syuting di Mesir. Selain itu, citra angker Lawang Sewu juga makin bergeser setelah rilisnya film ini. Lawang Sewu pun sudah dibuka untuk wisatawan, setelah tampilan Lawang Sewu menjadi lebih bersih dan terawat dengan pemugaran yang selesai pada tahun 2011.  Kalau main ke sana, jangan lupakan nilai historisnya ya.

4. Merah Putih (2009)

Pernah nih waktu penulis sepuluh tahunan lalu, penulis menunggu bus untuk pulang sekolah di kawasan Tugu Muda Semarang. Tiba-tiba penulis dikagetkan dengan bunyi tembakan yang sangat keras. Dikira ada apa di sekitar sana. 

Eh belakangan baru dengar info, ternyata lagi ada syuting film Merah Putih. Tahu gitu kan ikut lihat-lihat ke dalam ya (lho emangnya boleh). Film ini tayang tahun 2009 dan mengambil lokasi syuting di Lawang Sewu, kawasan Tugu Muda. Ealah.

Film Merah Putih besutan Yadi Sugandi ini berlatarkan zaman perjuangan kemerdekaan Indonesia dari jajahan Belanda pada latar tahun 1947. Tidak heran juga, lokasi bersejarah Lawang Sewu dipilih menjadi tempat yang pas untuk alur cerita zaman perjuangan. Selain Semarang, film ini juga diproduksi di Jakarta dan Yogyakarta. 

5. Gie  (2005)

Gie: Foto via kineforum

Inget adegan di film GIE yang menampilkan demo besar-besaran mahasiswa berjaket kuning? Itu jangan-jangan ada om, guru les, atau tetangga kamu di situ! *lho. Saking banyaknya figuran yang ada di sana.

Film  fenomenal besutan Riri Riza dan dan Mira Lesmana ini rilis pada tahun 2005 sudah pada lahir belum? Buat yang belum kenal, film GIE menceritakan sepak terjang sosok mahasiswa aktivis bernama Soe Hok Gie yang gigih memperjuangkan hak rakyat di zaman tahun 1950an.

Gie meninggal pada usia 27 tahun di gunung Semeru karena menghirup gas beracun. Film ini pun diangkat dari tulisan kisah nyata Gie sendiri, yang pernah dibukukan dengan judul Catatan Seorang Demonstran tahun 1983.

6. Dalam Mihrab Cinta

Film ini adalah film Indonesia yang diadaptasi dari novel dengan judul yang sama dengan judul film ini. Film yang dirilis pada tahun 2010 yang disutradarai Habiburrahman El Shirazy. Sebuah film yang diproduksi oleh SinemArt Pictures dengan para pemeran seperti Dude Harlino, Asmirandah, dan Meyda Sefira. Pertama kali dirilis pada tanggal 24 Desember 2010.

Film ini mengisahkan sosok Syamsul adalah seorang pemuda berusia 20 tahunan bertekad menuntut ilmu di sebuah pesantren di Kediri, meninggalkan kehidupannya yang cukup nyaman. Di sini ia bertemu dengan Zizi putri pemilik pesantren yang pernah ditolongnya ketika dijambret di kereta api, sehingga kejadian tersebut membuat mereka jadi dekat.

Di pesantren ini, Syamsul terusir karena dituduh mencuri akibat fitnah sahabatnya sendiri, Burhan (Boy Hamzah). Kemudian karena keluarganya sendiri juga tidak mempercayainya, hingga benar-benar membuat Syamsul menjadi seorang pencopet. Di Semarang adalah salah satu tempat pelariannya, seperti dia naik bus di kawasan Tugu Muda hingga Masjid Baiturrahman.

Di tengah kekacauan dan kegelapan hidupnya ini, Allah memberikan jalan baginya untuk bertobat dan mempertemukannya dengan Syilvie (Asmirandah) seorang gadis solehah.

Kota Lama Semarang menjadi lokasi syuting film ini, ketika banyak sekali figuran asal Semarang yang ikut berperan sebagai demonstran. Jangan-jangan kamu pernah ada di dalamnya?