SEMARANG, Banggasemarang.id – Di tengah gemerlap barbershop modern di Kota Semarang, satu tempat potong rambut klasik masih tetap eksis hingga kini. Tempat potong rambut tersebut menyuguhkan pengalaman potong rambut yang tak terlupakan. Dikenal sebagai Barbershop Yu Me, tempat ini berdiri kokoh di Gang Pinggir No 118, Pecinan Semarang.
Menjadi generasi ketiga, Bagus Senjaya mengelola Barbershop Yu Me dengan penuh dedikasi. Usaha ini diwarisi dari sang kakek, dilanjutkan oleh ayahnya, dan kini menjadi tanggung jawabnya sepenuhnya.
“Keluarga saya datang dari Yogyakarta sebagai pelarian,” ungkap Bagus, menceritakan sejarah perpindahan keluarganya.
Ayahnya, Go Tjoe Tek, berpindah ke Semarang dari Magelang karena kedatangan Jepang. Di sini, tradisi potong rambut dari Yogyakarta terus berlanjut, dimulai oleh kakek, dilanjutkan oleh ayah, dan kini diteruskan oleh Bagus.
Barbershop Yu Me bukan hanya sekadar tempat potong rambut; ini adalah kisah keluarga yang terjalin melalui generasi. Bagus membuka barbershop pada awal 1980-an, membawa tradisi keluarganya ke dalam layanan potong rambut yang tetap klasik dan autentik.
Salah satu hal yang membuat Barbershop Yu Me unik adalah teknik potong rambut ala Bagus yang tetap setia pada tradisi lama. Menurutnya, teknik potong rambut “madura” yang ia praktikkan tidak jauh berbeda dengan gaya barbershop zaman dulu. Bagus menyoroti bahwa banyak barbershop modern kini menggunakan teknik salon yang berbeda dengan tradisi asli.
Dua ciri khas dari barbershop zaman dulu yang tetap dijaga di Barbershop Yu Me adalah layanan korek kuping dan cukur kumis. Bagus menjelaskan bahwa hampir semua tempat potong rambut dulu menyediakan layanan tersebut, dan ia mempertahankan tradisi itu hingga sekarang.
Selain teknik potong rambut yang diwarisi dari ayahnya, Barbershop Yu Me juga menampilkan kursi klasik yang telah melihat banyak sejarah. Kursi tersebut terbuat dari kayu jati, dibuat di Singapura, dan menjadi peninggalan berharga dari ayah Bagus. Kursi ini menjadi bagian integral dari pengalaman potong rambut di barbershop ini.
Meskipun terlihat sederhana dan kuno, Barbershop Yu Me pernah mengalami masa jaya pada tahun 1990-an, dengan pelanggan yang selalu ramai. Bagus mengingat momen itu sebagai periode di mana ia sangat membutuhkan dukungan keuangan untuk menyekolahkan anak-anaknya.
“Terkadang Tuhan sudah tahu apa yang kita butuhkan,” ucap Bagus dengan rendah hati, merenungkan masa-masa sulit yang telah diatasi.
Barbershop ini, meski sederhana, menjadi tempat favorit bagi berbagai kalangan, mulai dari masyarakat biasa hingga pengusaha besar. Harjanto Halim, pemilik Marimas, adalah salah satu pelanggan setia yang tetap mengunjungi Barbershop Yu Me.
Tak hanya di tempatnya, Bagus juga menerima panggilan untuk potong rambut. Sebuah bukti bahwa keahlian dan tradisi Barbershop Yu Me masih diminati dan dihargai hingga hari ini. Meski usianya telah senja, Bagus Senjaya tidak berniat menurunkan tongkat estafet ini kepada anaknya, karena setiap potong rambut adalah bagian dari kisah panjang keluarga Yu Me yang terus berlanjut.
“Saya akan menjalani ini sebisa dan seampu saya,” tegas Bagus, dengan setia melanjutkan tradisi keluarganya di Barbershop Yu Me.