Jelajahi Sejarah Kota Semarang di Kafe Sekayoe “Gethe”

SEMARANG, Banggasemarang.id – Berseberangan dengan kemegahan Paragon Mal di Kota Semarang, Kafe Sekayoe “Gethe” menawarkan pengalaman yang unik dengan tampilan sederhana yang berbeda dari kafe-kafe pada umumnya. Dibuka pada tahun 2021 oleh pasangan Ari Purbono dan Harmeli, kafe ini terletak di tengah perkampungan padat di Jalan Sekayu Masjid.

Meskipun terlihat tradisional, Kafe Sekayoe “Gethe” mencuri perhatian dengan konsepnya yang berbeda. Pemiliknya bermaksud memberikan warna baru di dunia kafe, terutama dengan lokasinya yang tidak lazim di tengah kampung.

Menariknya, kafe ini berdiri di Kampung Sekayu, yang memiliki sejarah unik sebagai pusat pemerintahan Kota Semarang selama empat tahun pada tahun 1670, seperti yang diungkapkan Harmeli. Keputusan membuka kafe di sana juga dipengaruhi oleh kemenangan Kampung Tematik Sekayu dalam lomba kelompok sadar wisata (pokdarwis) pada 2021, yang memicu minat orang-orang terhadap sejarah kampung tersebut.

“Saat itu kita kebingungan menerima banyak orang yang datang dan pengin riset soal sejarah di sini. Kebetulan ada sesepuh yang meninggal dan rumahnya yang tampilannya klasik ini jadi kosong. Akhirnya kita kepikiran untuk menyewanya dan dijadikan kafe,” tambah Harmeli.

Kafe Sekayoe “Gethe” tidak hanya menjadi tempat untuk belajar sejarah Kampung Sekayu, tetapi juga menawarkan pengalaman kuliner unik. Salah satu hidangan yang dapat dinikmati adalah kacang sangan bedagan atau yang dikenal sebagai kacang sekayu, yang telah ada sejak 110 tahun lalu. Kacang ini disangrai dengan pasir, memberikan rasa lezat tanpa kolesterol.

Menu-menu lain di kafe ini juga diinspirasi oleh sejarah Kampung Sekayu, seperti pangsit cagak gendero dan minuman lawang sewu. Ari Purbono berharap bahwa melalui nama-nama menu ini, pengunjung akan lebih tertarik untuk mengetahui lebih banyak tentang sejarah dan budaya Kota Semarang.

Ari dan Harmeli memiliki rencana untuk mengembangkan Kafe Sekayoe “Gethe” menjadi Museum Semarangan yang dipenuhi dengan barang-barang bersejarah. Mereka juga sedang mencari buku-buku tentang sejarah Semarang dan Peta Semarang pada masa penjajahan Belanda untuk dipajang di tempat tersebut.