Kecap Mirama, Kecap Legendaris Semarang Sejak Tahun 1930-an

Kecap mirama
Kecap mirama

Dari berbagai macam kecap yang dapat ditemukan di pasar, kecap Mirama kemungkinan menjadi salah satu yang memiliki sejarah terlama. Bagaimana bisa begitu, kecap ini telah ada sejak dekade 1930-an. Di samping itu, kecap Mirama senantiasa mempertahankan citarasa istimewanya, yang menjadi daya tarik khusus bagi para pecinta masak.

Anda masih dapat menemukan pusat produksi kecap Mirama di Kota Semarang, persisnya di Jalan Gambiran Nomor 80, daerah Semarang Tengah. Pemilik pabrik tersebut adalah Markus Djuli Purwanto, yang merupakan keturunan ketiga.

Berdasarkan ceritanya, kecap Mirama sebelumnya dibuat oleh neneknya, Tan Tiong Kwie. Namun, pada awalnya kecap tersebut tidak dipasarkan, melainkan digunakan untuk keperluan dapur pribadi. Karena pada masa lampau, pasokan bahan baku untuk membuat kecap tidak melimpah seperti sekarang ini dan sulit untuk ditemukan. Produk ini baru mulai dijual pada tahun 1940-an dan 1950-an, dengan menjualnya di toko-toko dekat Gang Baru.

Jan Liang Siem, sang ayah, kemudian memberikan nama Mirama. Markus mengaku tidak mengetahui alasannya terkait dengan pemberian nama ini. Tapi yang jelas, label tersebut sengaja dihiasi dengan pola batik yang khas dari Indonesia.

Markus mengakui bahwa dalam hal rasa, ia masih menggunakan bahan-bahan dan rempah-rempah serta proses pembuatan kecap yang mirip dengan yang digunakan oleh neneknya di masa lalu. Hal ini untuk mempertahankan rasanya agar tetap sama hingga saat ini.

Adapun bahan-bahan pembuatan kecap hampir sama dengan kecap pada umumnya. Kedelai hitam, berbagai rempah-rempah, mulai dari gula jawa, laos, hingga sereh, tersedia, dan semuanya tanpa pengawet, pewarna makanan kimia, serta pengental.

Kecap Mirama memiliki rasa manis dengan sedikit rasa asin. Ini membuatnya sering dicari oleh pedagang makanan seperti penjual sup, nasi goreng babat, dan mie jawa. Orang-orang yang mencari tidak hanya berasal dari Semarang dan sekitarnya, tetapi juga dari daerah jauh seperti Magelang, Solo, Pekalongan, Tegal, Pati, dan Kudus.

Tidak hanya itu, beberapa pedagang makanan di Jakarta yang berasal dari Semarang juga sengaja membeli kecap dari Mirama dari Kota Atlas ini. Tujuannya agar makanan yang mereka jual memiliki cita rasa yang khas. Hal ini karena rasa kecap Mirama bisa dibilang cocok dengan lidah penduduk di daerah pesisir utara Jawa.

Markus dan keluarganya tidak khawatir bahwa kecap yang mereka buat tidak akan laku. Mereka telah dengan gigih mempertahankan rasa autentik selama bertahun-tahun, dan hasilnya pelanggan baru yang terus berdatangan.