Lumpia Semarang, Kuliner yang Memiliki Sejarah Tentang Cinta

Dilansir dari buku Hidangan Lezat Semarang terbitan PT Penerbit Erlangga Mahameru, cerita sejarah lumpia semarang berawal dari kisah cinta dua orang berbeda asal negara.

Lumpia Kota Semarang. (Foto: Dok. Freepik.com)

SEMARANG, Banggasemarang.id — Saat mengunjungi Kota Semarang, salah satu oleh-oleh favorit yang mungkin tak akan dilewatkan adalah lumpia. Lumpia berisi potongan rebung atau bambu muda yang memiliki cita rasa khas ini merupakan salah satu makanan khasnya Semarang.

Akhirnya kuliner ini menjadi kuliner asli Semarang. Dan Terkenal dengan rasanya yang lezat, lantas bagaimana sejarah lumpia?

Berdasarkan catatan sumber bacaan di laman kemendikbud.go.id edisi 1 Januari 2014, lunpia Semarang punya status warisan budaya tak benda.

Lumpia atau yang juga disebut lunpia lantaran teks penulisan dari Bahasa Mandarin dialek Hokkian ke Bahasa Indonesia.

Berdasarkan penelusuran sejarah sejak abad ke-19 menunjukkan bahwa lumpia atau lunpia adalah padanan dari dua kata “lum” dan “pia”.

Adapun, Kata “lum” artinya lunak. Kata “pia” punya arti kue. Padanan itu kemudian memiliki arti kue yang lunak.

Sementara, jika dilansir dari buku Hidangan Lezat Semarang terbitan PT Penerbit Erlangga Mahameru, cerita sejarah lumpia semarang berawal dari kisah cinta dua orang berbeda asal negara.

Yang pertama adalah seorang pendatang dari China bernama Tjoa Thay Yoeyang singgah ke Semarang pada akhir abad ke-19.

Ketika itu, Tjoa menjual beragam makanan berbahan babi dan juga rebung di Pasar Johar, Semarang. Saat itulah ia bertemu dengan seorang wanita asal Jawa bernama Wasih, seorang pedagang makanan.

Dalam sejarahnya, Wasih menjual makanan dengan bahan dasar udang dan kentang.

Thay Yoe dan Wasih pun akhirnya jatuh cinta dan kisah cintanya pun akhirnya memasuki ke jenjang pernikahan.

Setelah menikah, mereka membuat makanan berdua dengan membuang unsur daging babi.

Makanan yang tercipta tersebut adalah lumpia semarang yang dikenal hingga hari ini.

Dalam sejarahnya, pasangan tersebut kemudian memiliki seorang putri bernama Tjoa Po Nio, yang meneruskan usaha orang tuanya dengan menghadirkan lumpia-lumpia yang terkenal seperti Lumpia Pemuda (Mbak Lien), Lumpia Gang Lombok, serta Lumpia Mataram.

Dan Lumpia semarang adalah makanan hasil perpaduan dua budaya, yaitu makanan China yang memiliki rasa manis dengan isian masakan Jawa.

Jadi jika ke Semarang, jangan lupa beli lunpia ya untuk oleh-oleh keluarga di rumah, sebagai bukti cinta untuk keluarga.