Museum Kota Lama, Ajak Pengunjung Jelajahi Semarang Dengan Teknologi Digital

Museum Kota Lama Semarang. (Foto: Tim Bangga Semarang)

SEMARANG, Banggasemarang.id –  Museum Kota Lama Semarang menjadi sebuah destinasi baru dan ikonik di Kota Semarang, karena menjadi museum pertama di Indonesia yang memperpadukan konsep klasik heritage dengan teknologi imersif.

Museum yang berlokasi di Bundaran Bubakan Semarang ini awalnya adalah bekas Taman Air Mancur Bubakan sekaligus polder di bagian bawahnya.

Museum Kota Lama Semarang ini resmi dibuka pada Rabu (9/02/2022). Pembukaan museum ini diresmikan oleh Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi.

Museum Kota Lama Semarang. (Foto: Tim Bangga Semarang)

“Museum ini intinya menggambarkan sejarah Kota Semarang waktu itu baru terbentuk pada tahun 1547 hingga sekarang,”ujar Walikota Semarang  Hendrar Prihadi saat itu.

Museum Kota Lama Semarang, tidak hanya memajang artefak-artefak peninggalan sejarah, museum ini juga dilengkapi dengan teknologi imersif yaitu menggunakan simulasi secara digital linimasa Kota Semarang dari masa lalu hingga kini.

Pengunjung akan mendapatkan pengalaman yang berbeda.

“Kita akan menjelajahi Kota Semarang dengan trem dengan bantuan visualisasi 3 (tiga) dimensi melihat linimasa Kota Semarang dari awal berdiri hingga sekarang,”ungkap Tegar, yang berprofesi sebagai Tour Guide di museum ini saat dikonfirmasi pada Minggu (11/9/2022).

Tiket masuk Museum Kota Lama saat ini masih gratis. Namun pengunjung untuk bisa masuk ke Museum Kota Lama Semarang ini harus booking atau memesan tiket terlebih dahulu lewat aplikasi Lunpia yang bisa di download lewat Playstore atau Appstore.

Kemudian calon pengunjung bisa memilh tanggal dan sesi kedatangan, calon pengunjung harap memastikan ketersediaan kuota tiap sesinya.

Museum Kota Lama Semarang. (Foto: Tim Bangga Semarang)

Gokil nih, Semarang punya museum yang literally reachble. Apalagi di dalam kita bisa merasakan dunia simulasi yang suasananya mirip dengan dunia nyata,”kata Yohana, pengunjung asal Surabaya.

Tour guide juga cukup interaktif dan menguasai materi sejarah, jadi perjalanan kita selama 30 menit tidak membosankan dan banyak edukasi yang kita dapatkan,”imbuhnya.

Tim Penulis: Mochamad Arif Susanto, Muhammad Baharuddin Bashri, Masyiithoh Izzati Yumnaa