Cerita Masjid Agung Semarang, Masjid Tertua di Kota Semarang

Masjid Agung Semarang. (Dok. Bangga Semarang)

SEMARANG, Banggasemarang – Saat Anda mengunjungi Kota Semarang, tak lengkap rasanya jika tidak mampir ke salah satu masjid legendaris di Kota Semarang, yakni Masjid Agung Kauman atau Masjid Agung Semarang. Masjid yang terletak di jalan alun-alun barat Kota Semarang ini adalah salah satu masjid tertua di Kota Semarang.

Lokasi masjid legendaris ini terletak di salah satu pusat Kota Semarang. Anda hanya perlu datang ke arah Pasar Johar yang cukup terkenal di Semarang ini. Terletak sekitar 1 kilometer dari Mesjid Layur yang melewati bundaran Johar (Semarang Nol Kilometer).

Kawasan sekitar Masjid Agung Kauman cukup padat dan sesak. Kepadatan ini biasanya akan bertambah lagi saat bulan Ramadhan, karena berbagai aktifitas religi semakin meningkat dan banyak masyarakat yang turut meramaikannya.

Didirikan ulama terkemuka

Dalam cerita sejarah Yayasan Masjid Agung Semarang (MAS), masjid ini menyimpan saksi sejarah yang cukup panjang. Dari informasi sejarah, mesjid ini didirikan oleh ulama besar Semarang berdarah Arab bernama Maulana Ibnu Abdul Salim alias Ki Ageng Pandanaran pada abad ke-16.

Masjid Agung Semarang. (Dok. Bangga Semarang)

Bagi warga Semarang, mereka menyebutnya dengan nama Pandanaran. Ulama ini dipercaya masyarakat sekitar sebagai seorang maulana dari negara Arab yang bernama asli Maulana Ibnu Abdul Salam.

Oleh Sunan Kalijaga-lewat Sultan Hadiwijoyo (Pajang), Sunan Pandan Arang ditunjuk untuk menggantikan kedudukan Syekh Siti Jenar.

Sunan Pandan Arang ditugaskan untuk menyampaikan syiar Islam di daerah sebelah barat Kasultanan Bintoro Demak. Belakangan, daerah ini dikenal dengan nama ‘Semarang’, yang konon berasal dari kata asem arang (pohon asam yang tumbuhnya jarang).

Saat mengawali dakwah dan syiar Islam di tlatah (wilayah) baru ini, Sunan Pandan Arang mendirikan sebuah padepokan untuk pusat kegiatan dakwah Islam di kawasan bukit Mugas.

Dalam penyebaran Islam, Sunan Pandan Arang atau Pandanaran mendirikan padepokan lagi di perkampungan Bubakan Semarang. Karena pengaruhnya, dia pun diangkat sebagai Bupati Semarang I.

Saat itu pula, pusat kegiatan syiar yang ada di Mugas dipindahkan ke Bubakan dengan mendirikan masjid yang pada perkembangannya berdekatan dengan kekuasaan VOC.

Masjid Kauman Semarang merupakan rangkaian perkembangan dari sejarah pembangunan masjid di Semarang. Sejak dahulu, masjid ini merupakan pusat syiar agama Islam. Masjid ini juga seringkali digunakan untuk penyelenggaraan pengajian sekala besar, serta jadi tempat berkumpulnya para ulama besar di Kota Semarang untuk membahas banyak hal tentang agama.

Masjid Kauman Dibangun Ulang

Masjid Agung Semarang. (Dok. Bangga Semarang)

Masjid Agung Kauman yang terletak di pusat kota ini, berdekatan dengan pusat pemerintahan (kanjengan) dan penjara.  Mesjid ini juga memiliki jarak tidak begitu jauh pusat perdagangan yaitu Pasar Johar. Hal Ini merupakan ciri khas dari tata ruang kota pada zaman lampau.

Masjid ini berlokasi di sekitar pasar Johar, bersebelahan dengan kawasan kota Lama. Lalu kemudian di pugar pada tahun 1749, hal ini dibuktikan dari inkripsi yang terpatri pada masjid.

Jika dilihat dari inskripsi berbahasa dan berhuruf jawa, yang terpatri di batu marmer tembok bagian dalam gerbang masuk pada Masjid Kauman ini, dijelaskan bahwa pada tahun 1170 Hijriah yang bertepatan pada tahun 1749 Masehi, masjid ini pernah dibangun ulang.

Menurut inskripsi berbahasa dan berhuruf jawa yang terpatri di batu marmer tembok bagian dalam gerbang masuk ke Masjid Agung Semarang, masjid ini dibangun pada tahun 1170 Hijriah atau bertepatan dengan tahun 1749 Masehi, yang berbunyi seperti berikut:

Pemut kala penjenengane Kanjeng Tuwan Nikolas Harting hedelir gopennar serta sarta Direktur hing tanah Jawi gennipun kangjeng Kyahi Dipati Suradimanggala hayasa sahega dadosse masjid puniki kala Hijrat 1170.”

Dalam bahasa Indonesia nya:

“Tanda peringatan ketika kanjeng Tuan Nicoolass Hartingh, Gubernur serta Direktur tanah Jawa pada saat Kanjeng Kyai Adipati Suramanggala membangun hingga jadinya masjid ini pada tahun 1170 Hijrah”

Tuan Nicoolass Hartingh sendiri seperti yang disebutkan dalam inskripsi tersebut adalah tokoh utama penggerak lahirnya perjanjian Giyanti pada tahun 1755 yang memecah wilayah Kesultanan Mataram atau dikenal dengan Palihan Nagari menjadi wilayah kesultanan Ngayokyakarta Hadiningrat berpusat di Yokyakarta dan Kasunanan Surakarta. Atas upayanya Nicoolas Hartingh kemudian dihadiahi rumah dinas oleh pemerintah penjajahan Belanda (VOC) di daerah tugu muda dengan nama De Vredestein atau Wisma Perdamaian.

Dalam perjalanannya, pada masa penjajahan kolonial Belanda juga kembali mengalami kerusakan yang cukup fatal, dimana terjadi pemberontakan etnis China terhadap Pemerintah Kolonial Belanda di Semarang.

Buntutnya, mengakibatkan mesjid ini pun sempat terbakar habis. Peristiwa itu terjadi pada tahun 1883.

Beberapa tahun kemudian, tepatnya tahun 1889, mesjid ini kembali dibangun atas bantuan G.I.Blume, Asisten Residen Semarang dan Kanjeng Bupati Semarang Raden Tumenggung Cokrodipoero, dan selesai dibangun pada tahun 1890.

Umumkan Kemerdekaan RI

Selain itu, dalam sejarah pergerakan dan perjuangan bangsa Indonesia, Masjid Agung Kauman juga menyimpan cerita yang menarik.

Masjid yang berlokasi di Kelurahan Kauman, Kecamatan Semarang Tengah ini, merupakan masjid satu-satunya di Indonesia yang mengumumkan kemerdekaan bangsa Indonesia secara terbuka, tak lama setelah berita itu diproklamirkan.

Seperti diketahui peristiwa proklamasi yang dibacakan Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta di Pegangsaaan Timur no 56 Jakarta pada hari Jum’at pukul 10.00 pagi.

Lebih kurang satu jam setelah itu yaitu pada saat sebelum sholat Jum’at, Alm. dr. Agus, salah seorang jama’ah aktif di Masjid Agung Semarang melalui mimbar Jum’at dan dihadapan jama’ah mengumumkan terjadinya proklamasi RI.

Keberanian Alm. dr. Agus harus dibayar mahal, karena setelah peristiwa itu beliau dikejar-kejar tentara Jepang dan melarikan diri ke Jakarta hingga meninggal di sana.

Sebagai penghargaan atas peristiwa tersebut pada tahun 1952, Presiden RI pertama Ir. H. Soekarno menyempatkan diri hadir untuk melakukan sholat jumat dan berpidato di masjid ini.

Masjid ini  memiliki sejarah yang panjang dan erat kaitannya dengan sejarah berdirinya kota Semarang.

Masjid yang kini telah menjadi cagar budaya dan harus dilindungi menjadi kebanggaan warga Semarang karena bangunannya yang khas, mencerminkan jatidiri masyarakat pesisir yang lugas tetapi bersahaja.

Letak Masjid Agung Semarang tadinya berdiri megah di depan alun alun kota Semarang. Namun kemudian sejak tahun 1938 alun alun tersebut beralih fungsi menjadi kawasan komersial yaitu dengan adanya Pasar Johar, Pasar Yaik, gedung BPD dan Hotel Metro yang kemudian menjadi area Kawasan Perdagangan Johar.

Pada tahun 2021, depan Masjid Agung Kauman Semarang yang sebelumnya merupakan Pasar Yaik, sekarang telah direnovasi kembali menjadi Aloon-Aloon Masjid Agung Semarang.

Masjid Agung Semarang kini terjepit di antara bangunan bangunan tinggi yang mengepungnya. Masjid ini beralamat di Jl. Alun-alun Barat Nomor 11 Semarang.

Sekarang Masjid Agung Semarang letaknya tidak lagi berada dalam wilayah Kampung (Kelurahan) Kauman, tetapi masuk dalam wilayah Kelurahan Bangunharjo Semarang Tengah.

Semaan Al Qur’an

Selama bulan ramadhan di Masjid Agung Semarang, usai shalat dzuhur hingga menjelang ashar, selalu dipenuhi banyak orang.

Mereka mendengarkan pengajian Al Qur’an yang dipimpin oleh seorang ulama yang mampu menghafal Al Qur’an di luar kepala atau dikenal dengan sebutan Al Hafiz. Selain bulan Ramadhan, kegiatan seaman juga digelar saat jelang tahun baru Islam.

Sepanjang sejarah, Masjid Agung Semarang selalu ramai dikunjungi oleh umat muslim dari berbagai penjuru, terutama para musafir yang berdagang di Pasar Johar, Semarang.

Selama bulan ramadhan usai sholat dzuhur, ratusan umat muslim memadati serambi masjid, guna mengikuti fadillah atau pengajian Al qur’an yang dipimpin oleh Kyai Haji Ahmad Naqib, seorang ulama Semarang, yang mampu menghafal Al Qur’an di luar kepala, atau dikenal dengan sebutan Al Hafiz. Selain hafal Al Qur’an, Al Hafiz juga mampu menafsirkan inti dari setiap kata dan ayat Al Qur’an, yang disampaikan dalam bahasa Jawa.

Ditata oleh Pemkot

Masjid Agung Semarang. (Dok. Bangga Semarang)

Sebagai salah satu masjid tertua di Kota Semarang, masjid ini memiliki sejarah panjang dan menjadi kebanggaan warga Semarang.

Selain bangunannya yang khas, seperti halnya pada masjid-masjid kuno di pulau Jawa, Masjid Agung Semarang berada di pusat kota (alun-alun) dan berdekatan dengan pusat pemerintahan (kanjengan) dan penjara.

Serta tak berjarak jauh dari pusat perdagangan (Pasar Johar). Ini merupakan ciri khas dari tata ruang kota pada zaman dahulu.

Masjid Kauman, juga menjadi salah satu bangunan yang bernilai sejarah karena berkaitan dengan Kota Semarang Lama.

Sehingga kawasan Kauman Semarang, termasuk masjid Kauman, dilakukan penataan kembali oleh Pemkot Semarang.

Pemkot Semarang juga mengembalikan fungsi alun-alun Kota Semarang, bersamaan dengan penataan Pasar Johar baru, karena pasar Johar yang lama telah terbakar beberapa tahun silam.

Pembangunan alun-alun Kota Semarang tersebut sama dengan masjid Agung Semarang yang berada dekat Simpanglima, sedangkan Masjid Besar Kauman Semarang persis di depan Alun-alun.

“Adapun pelaksanaan pembangunan Pasar Johar dan Alun-alun akan ada dua tahap pengerjaan, untuk tahap pertama dianggarkan sekitar Rp 47 miliar,” kata Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi, saat ground breaking proyek Penataan Pasar Johar, beberapa waktu lalu.

Konsep Alun-alun Pasar Johar, juga difungsikan sebagai ruang terbuka hijau dan ruang publik. Di mana, misalnya akan dipakai untuk aktivitas warga, seperti momen Dugderan dan Shalat Id yang menampung banyak jamaah.