Wisata  

Masjid Pekojan Semarang, Jejak Sejarah yang Menyimpan Kisah Unik

SEMARANG, Banggasemarang.id – Di tengah kota Semarang yang kaya akan bangunan bersejarah, Masjid Pekojan memancarkan pesona khusus dengan sejumlah cerita unik yang tersembunyi. Salah satu keunikan tersebut terletak pada sebuah prasasti berhuruf Tionghoa yang menghiasi bagian depan masjid ini, suatu kejanggalan langka di tengah ornamen biasanya yang berhuruf Arab.

Terlepas dari sejarahnya yang erat dengan pedagang dari Gujarat, India, dan Pakistan, Masjid Pekojan menghadirkan nuansa berbeda dengan keberadaan papan prasasti berbahasa Tionghoa. Seorang sejarawan kota Semarang, Johanes Christiono, menjelaskan bahwa prasasti tersebut merupakan prasasti tolak bala, mengingat dahulu di sana terdapat makam orang Tionghoa.

“Dulu di sini ada area makam orang Tionghoa. Karena semakin banyak permukiman, makam pun dipindahkan. Tapi, prasasti tolak bala yang dulu ada di makam tetap dipertahankan hingga sekarang,” ujarnya dikutip dari laman AyoSemarang.

Prasasti dengan tulisan “Lam Boe o Mie Too Hoet Kiet An” ini memiliki sejarah sejak tahun 1879. Selain pemindahan makam, sebagian penduduk juga diminta untuk pindah oleh pemerintah Hindia Belanda pada waktu itu.

Usia Masjid Pekojan sendiri sudah melampaui 1,5 abad, tepatnya sudah berdiri sejak abad ke-19. Ketua Takmir Masjid Jami Pekojan, Ali Baharun, menyebutkan bahwa masjid ini didirikan pada tahun 1878 oleh Syeh Latief. Pada masa itu, pembangunan masjid dibatasi pada area makam sebagai hasil kebijakan segregasi ras yang diterapkan oleh pemerintah Hindia Belanda.

Meski usianya sudah sangat tua, Masjid Pekojan tetap mempertahankan keaslian bangunan utamanya. Lantai marmer, empat pilar kayu, pintu, dan mimbarnya masih orisinal sejak awal pembangunan. Bagian dalam masjid ini menyuguhkan atmosfer yang khas Timur Tengah, menjadi saksi bisu perjalanan panjangnya sepanjang sejarah Semarang.