Sudah diketahui bersama bahwa dampak dari mewabahnya pandemi covid-19 turut mengguncang sektor ekonomi masyarakat. Seperti terjadinya PHK masal karena tempat usaha yang tutup atau bangkrut. Belum lama ini (14/11/2020 ) Pengurus Daerah Dewan Masjid Indonesia (PD DMI) Kota Semarang menyelenggarakan agenda Halaqah Pengurus Takmir Masjid Kota Semarang. Acara yang diadakan di Hotel Pandanaran itu mengusung tema “Pemberdayaan Ekonomi Umat Berbasis Masjid”.Tema tersebut diusung tentu sangat berkaitan dengan kondisi ekonomi masyarakat saat ini, mengingat sebagian besar mengalami kelesuan finansial.
Achmad Fuad, selaku Ketua PD DMI Kota Semarang mengungkapkan bahwa sejauh ini fungsi masjid sebagai tempat ibadah dan keagamaan sudah berjalan dan terurus dengan baik. Seperti juga pengadaan Peringatan Hari Besar Islam (PHBI) juga sudah berjalan sebagaimana mestinya. Namun pihaknya mengakui masih ada yang kurang yaitu pada sisi ekonomi. “Dari sisi ekonomi, belum semua masjid berdaya secara ekonomi, hal tersebut yang menjadikan PD DMI Kota Semarang membentuk tim pemberdayaan ekonomi umat berbasis masjid” ungkap Fuad pada sela-sela acara halaqah tersebut. Hal tersebut perlu ditekankan mengingat sekali lagi bahwa ekonomi masyarakat masih jatuh, UMKM atau usaha kecil banyak yang pailit. “Karena itu , sebagai pengurus takmir masjid dan pengurus DMI pada umumnya harus peduli kepada kondisi jamaahnya.
Hadirnya tim pemberdayaan ekonomi umat berbasis masjid ini diharapkan bisa lebih memakmurkan masjid, terlebih di masa pandemi seperti sekarang ini” imbuh Fuad yang juga pengurus Yayasan Amal Pengajian Ahad Pagi Bersama (YAPAPB) Semarang. Selain itu akan dibentuk pula tim kesehatan berbasis masjid dan tim legalitas masjid. Dr. Mahmud, SE., MM sebagai salah satu narasumber dalam acara tersebut menuturkan bahwa pola pendampingannya nanti, DMI Kota Semarang tidak akan berjalan sendiri.Pihaknya akan menggandeng sejumlah pihak seperti Kadin Kota Semarang, LPPM UPGRIS dan UDINUS, Perguruan Tinggi, CSR, Baznas Kota Semarang dan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait. “Untuk tahap pertama ini kita pilih lima masjid sebagai pilot project dan selanjutnya bisa dikembangkan di masjid-masjid lain” jelas Mahmud.
Sementara itu, Khotim Zaini Ashiddiq selaku Ketua Departemen IT dan Fintech Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Jawa Tengah menjelaskan, masjid bukan lagi sekedar tempat ibadah melainkan juga sebagai pusat budaya dan pusat pendidikan sosial ekonomi. Manajemen masjid perlu menggunakan pendekatan teknologi sebagai respon mengikuti perkembangan zaman, yaitu melalui ekosistem aplikasi android, desktop, web atau aplikasi semacamnya.“Dalam rangka menarik komponen masyarakat untuk pengembangan ekonomi yang berbasis masjid, kami menawarkan dan mengembangkan aplikasi Zaidy” terang Khotim. Pihaknya menambahkan bahwa aplikasi Zaidy tersebut terdiri dari tiga modul, yaitu modul manajemen masjid, modul marketplace dan aplikator sebagai resources yang mendukung kemakmuran masjid serta pemberdayaan UMKM.
“Konsep pasar (marketplace) pada aplikasi Zaidy ini untuk mendukung kemakmuran masjid, ekonomi berputar di jamaah masjid dan masyarakat sekitar” imbuhnya pada sela-sela acara. Dengan adanya upaya itu semua yaitu pemberdayaan ekonomi umat dan kesehatan berbasis masjid adalah langkah awal menuju kemandirian masjid yang lebih baik.