RSU William Booth, Jejak Panjang Rumah Sakit Tertua di Kota Semarang

Kota Semarang, Jawa Tengah – Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr Kariadi mungkin menjadi pusat perhatian di Kota Semarang, namun rupanya, bukanlah rumah sakit tertua di kota ini. Tersembunyi di balik kilauan modern RS Kariadi, terdapat jejak panjang RSU William Booth yang menghiasi sejarah kesehatan mata di kota ini.

Berdiri megah di Jalan S. Parman Nomor 5 Petompon, Kecamatan Gajahmungkur, RSU William Booth telah menjadi saksi bisu perkembangan Kota Semarang sejak zaman kolonial Belanda pada tahun 1894. Dikenal sebagai pusat perawatan khusus mata, rumah sakit ini kini dikelola oleh Yayasan Pelayanan Kesehatan Bala Keselamatan (YPKBK) dan masuk dalam kategori rumah sakit tipe C atau madya.

Kisah berdirinya rumah sakit tertua di Kota Semarang ini tak lepas dari peran dua tokoh Belanda, Staf Kapten Jacob Gerrit Brouwer dan Ensign Adolf Teodorus. Mereka bersama-sama merintis pembangunan klinik pengobatan mata di wilayah Bugangan, Semarang Timur pada tahun 1894.

Pada tahun 1907, dokter mata spesialis asal Denmark, Vilhelm A Wille, dipercayakan untuk melayani warga miskin di Semarang Timur. Meski dengan fasilitas yang minim, Vilhelm berhasil menyelamatkan banyak anak-anak melalui pengobatan penyakit mata. Keberhasilannya membuat rumah sakit ini menjadi terkenal tidak hanya di dalam negeri, tapi juga di luar negeri.

Keistimewaan RSU William Booth semakin tergambar dari sumbangan tanah seorang pasien yang begitu terkesan, serta kontribusi dari Ratu Wilhelmina sekitar 94.000 gulden. Sebidang tanah di perbukitan selatan Kota Semarang pun menjadi landasan bagi perkembangan rumah sakit ini.

23 Juni 1915 menjadi tanggal bersejarah ketika Residen Semarang, PKW Kern, meresmikan rumah sakit ini. Nama “William Booth” dipilih oleh pendeta kebangsaan Inggris, sekaligus pendiri YPKBK. Meski sempat terhenti oleh Perang Dunia II setelah lebih dari 30 tahun berdiri, rumah sakit ini kembali beroperasi di bawah pemerintahan Jepang.

Pada tahun 1947, RSU swasta ini beralih ke pemerintahan Indonesia dan satu tahun kemudian diserahkan sepenuhnya kepada Yayasan Bala Keselamatan. Perkembangan terus menghampiri, di tahun 1968, RSU William Booth memperluas pelayanannya, mencakup penyakit dalam seperti THT, penyakit anak, umum, syaraf, dan bedah.

Mengukir sejarah lebih jauh, pada tahun 1984, RSU William Booth mendapatkan izin penyelenggaraan yang disahkan oleh Kementerian Kesehatan RI. Terus berinovasi, rumah sakit ini terus meningkatkan pelayanannya, mencakup layanan rawat jalan, rawat inap, rawat darurat (IGD), dan layanan penunjang. Puncaknya, pada tahun 2017, RSU William Booth meraih tingkat paripurna dan memperoleh akreditasi sebagai rumah sakit terbaik dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.