Kota Semarang memiliki roti khas yang sering menjadi pilihan oleh-oleh bagi para wisatawan. Roti ini memiliki sejarah panjang, diketahui sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Banyak yang mengatakan bahwa roti ini terinspirasi dari roti Belanda Ontbijtkoek.
Roti Ontbijtkoek adalah roti dari Belanda yang eksis pada zaman Kolonial. Roti ini terlihat sangat lezat sehingga orang Jawa tertarik untuk membuatnya. Namun, membuat kue seperti onbijtkoek bukanlah hal yang mudah bagi orang Jawa pada zaman dahulu. Masalah terbesar tentu saja bahan baku kue yang mahal bagi penduduk setempat. Onbijtkoek sendiri merupakan kue khas negara Eropa, sering juga disebut roti pedas. Terbuat dari tepung terigu dan banyak telur dan di atas kuenya terdapat sejenis kenari.
Dengan ide kreatif orang-orang Semarang waktu itu akhirnya dibuat Roti Ontbijtkoek versi Jawa dengan bahan baku singkong atau ketela. Karena tidak terbuat dari tepung terigu, banyak yang mengatakan roti ganjel rel ini memiliki rasa yang tidak enak. Teksturnya keras dan cenderung lengket saat dikunyah. Kemudian, resepnya dimodifikasi agar roti ini tetap bisa dinikmati.
Asal Nama Roti Ganjel Rel
Ada beberapa pendapat mengenai nama Rel Ganjel yang digunakan. Yang pertama menyebutkan bahwa bentuk rotinya menyerupai penyangga rel kereta api atau disebut “rel ganjel” dalam bahasa Jawa. Sementara itu, keterangan lain mengatakan bahwa nama Ganjel Rel berasal dari penyempurnaan nama orang zaman dulu yang disebut “Ganjril”.
Roti Ganjel Rel adalah roti berwarna cokelat, memiliki rasa yang manis dan aroma pedas yang nikmat. Bahan yang digunakan untuk membuat Roti Ganjel Reli adalah tepung singkong, gula aren, kayu manis dan aneka bumbu khas Indonesia.
Roti Genjel Rel kembali eksis dalam jangka 10 tahun terakhir yang sebelumnya roti ini bahkan hampir punah.
Jongkie Tio, seorang ahli sejarah dari Semarang, mengatakan bahwa masyarakat Semarang jaman dahulu biasanya menikmati ganjel rel dengan secangkir kopi atau teh di pagi hari.
Roti Ganjel Rel banyak ditemukan di daerah Johar dan Kauman di pusat kota Semarang, jajanan ini tidak hanya populer di kalangan orang dewasa tetapi juga di kalangan anak-anak.