Dari Anak Penjual Sayur, Agung BM Raih Gelar Doktor Undip dengan Gagasan Pengelolaan Waduk Inovatif

Model yang ia tawarkan adalah tata kelola kolaboratif yang melibatkan pemerintah pusat dan daerah, Perum Jasa Tirta I, PDAM, serta kelompok masyarakat seperti Pokdarwis dan petani konservasi.

Inovasi untuk lingkungan! Agung Budi Margono, mantan wakil rakyat, kini resmi Doktor Undip dengan disertasi "Model Pengelolaan Waduk Jatibarang di Kota Semarang." Ia mengusulkan tata kelola kolaboratif yang melibatkan semua pihak, dari pemerintah hingga masyarakat, demi menyelamatkan fungsi waduk yang terancam sedimentasi. Sebuah gagasan brilian untuk masa depan lingkungan kita. (Foto: Dok. Istimewa)

SEMARANG, Banggasemarang.id – Sebuah kisah inspiratif datang dari Agung Budi Margono, mantan wakil rakyat yang kini resmi menyandang gelar Doktor Ilmu Lingkungan dari Universitas Diponegoro (Undip) pada Rabu (25/6/2025).

Mengawali hidup sebagai anak penjual sayur, perjalanan Agung selama dua dekade di DPRD Kota Semarang dan Provinsi Jawa Tengah kini berbuah manis dengan capaian akademis tertinggi, yang ia persembahkan untuk pengelolaan lingkungan berbasis kolaborasi.

Ujian terbuka disertasi Agung berlangsung penuh antusias di Ruang Sidang Utama Sekolah Pascasarjana Undip. Di hadapan tujuh penguji senior, termasuk Prof. Ir. Mochamad Agung Wibowo, M.M., M.Sc., Ph.D (Dekan Sekolah Pascasarjana Undip), Agung memaparkan disertasinya yang berjudul “Model Pengelolaan Waduk Jatibarang di Kota Semarang.”

Dalam presentasinya, Agung menyoroti kegelisahan atas laju sedimentasi Waduk Jatibarang yang mencapai 268.000 m³ per tahun. Tanpa intervensi serius, waduk ini berisiko kehilangan fungsinya dalam 21 tahun ke depan. Ia menekankan bahwa pengelolaan waduk bukan hanya urusan teknis, tetapi juga sosial dan kelembagaan.

“Waduk bukan hanya urusan teknis, tapi juga sosial dan kelembagaan. Kita perlu satu model yang menjembatani semuanya,”papar Agung.

Model yang ia tawarkan adalah tata kelola kolaboratif yang melibatkan pemerintah pusat dan daerah, Perum Jasa Tirta I, PDAM, serta kelompok masyarakat seperti Pokdarwis dan petani konservasi.

Agung merekomendasikan pembentukan Forum Komunitas Peduli Waduk (FKPW) sebagai ruang koordinasi legal yang dilengkapi digitalisasi pemantauan air, didukung regulasi seperti Peraturan Gubernur atau Peraturan Wali Kota.

Lulusan S1 Teknik Sipil, S2 Pembangunan Wilayah dan Kota, hingga S3 Ilmu Lingkungan Undip ini menegaskan komitmennya untuk menyatukan ilmu dengan advokasi kebijakan dan kerja nyata di masyarakat.

“Saya ingin mendorong bahwa ilmu bisa menyatu dengan advokasi kebijakan dan kerja nyata di masyarakat,” pungkasnya dengan haru.

Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah, Sumarno, S.E., M.M., turut hadir dan mengapresiasi kontribusi ilmiah Agung. Ia menegaskan bahwa pemerintah daerah siap mendukung model yang dibangun dari bawah dan telah teruji secara akademik.

“Kami terbuka untuk kolaborasi yang berbasis kajian ilmiah, bukan hanya proyek jangka pendek,” ujarnya, menegaskan pentingnya sinergi antara akademisi dan pembuat kebijakan.

Acara bersejarah ini turut dihadiri berbagai tokoh masyarakat, rekan seperjuangan, serta sivitas akademika dari berbagai kampus di Jawa Tengah, yang banyak terinspirasi oleh determinasi Agung Budi Margono.