KENDAL, Banggasemarang.id – Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Jawa Tengah menggelar focus group discussion (FGD) dengan tema napak tilas sejarah dakwah Islam, budaya dan politik di Kendal, Ahad (28/5/2023).
Hadir sebagai narasumber dalam kegiatan itu adalah sejarawan Universitas Negeri Semarang (UNNES) Muhammad Sokheh dan anggota DPRD Jateng Agung Budi Margono.
Dalam paparannya, Muhammad Sokheh mengawali dengan salah satu tugas manusia di muka bumi dalam konteks Islam adalah menciptakan sejarah.
Selanjutnya, pria yang akrab disapa Sokheh ini menceritakan sejarah Kendal yang berasal dari sebuah pohon yaitu pohon Kendal.
“Nama Kendal berasal dari kata Kendalpura. Dilihat dari namanya, Kendalpura ini berkonotasi dengan agama Hindu. Ada juga Keterangan yang menjelaskan bahwa Kendal berasal dari kata Kantali atau Kontali, “katanya.
Dari sejarahnya, Sokheh yang merupakan dosen jurusan sejarah Fakultas Ilmu Sosial (FIS) UNNES ini mengatakan ulama paling tua dalam penyebaran agama Islam di Kendal adalah Sunan Katong tahun 1490.
“Ada buktinya saat ini pendopo makam Sunan Kathong di Kaliwungu, kemudian dilanjutkan pada masa Wali Joko yang menjadi perintis pendirian Masjid Agung Kendal, dan dilanjutkan Wali Gembyang Syaikh Syatariyah tahun 1628 masehi membangun padepokan di desa Ampel Kulon, Kecamatan Pegandon,”jelasnya.
Selain itu, Sokheh menceritakan dalam proses awal penyebaran Islam di Kendal abad ke-15 Masehi dan Ke-16 Masehi, muncul juga nama Kyai Asyari.
“Kyai Asyari itu utusan Demak atau Pajang Membuka pesantren di kaliwungu 1546. Kemudian membangun Masjid Jami Al Muttaqien di kaliwungu, selanjutnya pangeran Benawa I menetap di Pekuncen Pegandon 1589. Mendirikan masjid Abinawa, Cikal bakal pesantren di Pegandon,”pungkasnya.
Dalam kegiatan itu, anggota Komisi C DPRD Jateng Agung BM menyampaikan bahwa sejarah ditulis oleh yang berkuasa. Sehingga jika ingin menciptakan sejarah, harus berkuasa.
“Kami di Semarang berjuang mendorong kyai pandaranan sebagai simbol, lama-lama hilang, munculah tokoh-tokoh lain oleh penguasa, juga ada sejarah Sunan Kuning, yang sebenarnya beliau benar-benar sunan keturunan Tionghoa, nama aslinya adalah Sun An Ing, makamnya di bukit pekayangan semarang barat,”jelasnya.
Agung BM juga berpesan kepada seluruh peserta FGD agar terus berperan dalam menuliskan tinta emas dalam sejarah, termasuk di Kabupaten Kendal.
“Sehingga menjadi tanggung jawab kita mau ditulis dalam tinta emas sejarah atau tidak, kita ingin menuliskan sejarah menjadi bagian sejarah, bukan pengamat tapi pelaku,”ungkap politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini.