Jateng  

Ngeri! Sensasi Ojek Serasa Balapan MotoGP di Lereng Gunung Muria

Para pengemudi melewati tanjakan dan tikungan yang curam itu dengan kecepatan cukup tinggi. Hal itulah yang membuat Anda serasa ikut balapan MotoGP.

Sensasi Ojek Serasa Balapan MotoGP di Lereng Gunung Muria. (Foto: Fadhila Harinda)

KUDUS, Banggasemarang.id – Jika hendak ziarah atau wisata religi di kawasan makam Sunan Muria, para peziarah bisa menggunakan layanan ojek yang mengantarkan dari kawasan terminal wisata Colo ke kawasan makam Sunan Muria.

Sebagai informasi, makam sunan Muria berada di Desa Colo, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah dengan ketinggian mencapai 800 meter di atas permukaan laut (MdPL).

Sehingga, dengan kondisi akses jalan yang menanjak dan cukup sempit memang membuat para peziarah tidak bisa langsung menggunakan mobil naik sampai ke kompleks makam. Sehingga ojek menjadi alternatif transportasi saat berziarah ke makam Sunan Muria.

Namun jika hendak sewa ojek kawasan itu, Anda harus bersiap dengan rasa deg-degan alias sport jantung. Hal itu dikarenakan saat menaiki ojek tersebut, Anda serasa balapan MotoGP.

Ratusan driver yang terlatih siap mengantar para pengunjung. Namun, persiapkan jantung anda untuk berpacu secepat driver ojek yang memacu laju sepeda motornya melewati tanjakan dan kelokan tajam menuju makam.

Para pengemudi melewati tanjakan dan tikungan yang curam itu dengan kecepatan cukup tinggi. Hal itulah yang membuat Anda serasa ikut balapan MotoGP.

Tetapi, jangan khawatir. Karena jika ada musibah misalnya cedera akibat jatuh, komunitas ojek wisata akan siap bertanggung jawab.

Ojek muria disewakan dengan harga Rp 20 ribu sekali jalan. Setiap harinya Ojek Muria bertugas mengantarkan para peziarah dari Terminal Wisata Colo menuju Kawasan Makam Sunan Muria.

Ketua Ojek Muria, Mahmud saat ditemui pada Sabtu (29/6/2024) siang di terminal wisata Colo mengungkapkan dirinya berprofesi sebagai ojek sunan Muria sejak sekitar 20 tahun lalu.

“Sejak SMP kelas 2 saya sudah menekuni profesi ini mbak (wartawan, red), dulunya samapingan, sekarang seiring berkembangnya zaman jadi mata pencaharian utama, dan tentu yang kita cari adalah profesi halal dan berkah,”jelasnya.

Keberadaan komunitas ojek muria saat ini, kata Mahmud, tidak lepas dari para pendahulu, yang pada akhirnya membawa peningkatan ekonomi yang luar biasa bagi warga setempat.

“Alhamdulillah (adanya ratusan ojek Muria, red), termasuk perjuangan pendahulu kami kami ini sekedar meneruskan cita-cita beliau, salah satunya bapak Muhammad Soqib sekarang sudah meninggal, diharapkan ojek ini bisa membawa manfaat bagi warga sini dan juga pengunjung,”papar Mahmud.

Salah satu upaya untuk meneruskan hal itu, kata Mahmud, adalah aturan yang harus ditaati bersama.  Sejumlah aturan itu, diantaranya adalah komunitas ojek wisata hanya warga asli atau ber-KTP domisili daerah sana saja yang boleh bergabung.

Selain itu, untuk pemerataan, setiap orang hanya bisa memilih salah satu jadwal yang ditetapkan. Siang pukul 05.00 – 17.00 WIB atau shift malam mulai jam 5 sore sampai pukul 5 pagi.

“Memang peraturannya kalau yang berprofesi sebagai ojek sunan Muria harus orang sini, warga asli Desa sini, itu sudah jadi aturan,”pungkasnya.

Tim Liputan
Koordinator Liputan: M Roihan
Pewarta: Widya
Penulis: Lala
Foto: Aji dan Fadhila
Editor: Tim Humas