SEMARANG, Banggasemarang.id – Di tengah keindahan Kota Semarang, terdapat sebuah bangunan yang memikat hati, yakni Masjid Agung Jawa Tengah. Diperkirakan, masjid ini mampu menampung hingga 25.000 jamaah sekaligus. Namun, keistimewaannya tidak hanya terletak pada kapasitasnya yang besar, tetapi juga pada fasilitas-fasilitas canggih yang menghiasi lingkungannya, seperti hotel, gedung pertemuan, perkantoran, perpustakaan, Menara Al Husna, dan kafe yang memanjakan pengunjung.
Sejarah indah Masjid Agung Jawa Tengah dimulai dari upaya merebut kembali tanah banda yang awalnya milik Masjid Raya Kauman Semarang. Pada tahun 1980, tanah banda tersebut berpindah ke tangan Badan Pengelola Masjid (BKM). Namun, dengan tekad dan dukungan berbagai pihak, tanah ini berhasil diakuisisi kembali oleh umat. Remaja masjid, Ketua MUI Jateng, hingga Gubernur Jateng turut berperan dalam memastikan tanah banda kembali ke pemiliknya.
Meski luas tanah yang digunakan untuk pembangunan Masjid Agung Jawa Tengah hanya sekitar 69,2 hektar dari total luas tanah banda yang mencapai 119.1270 hektar, hal ini tidak menghentikan semangat masyarakat dalam membangun masjid megah ini.
Pembangunan masjid dimulai pada tanggal 6 Juni 2001. Dalam proses pembangunannya, biaya yang dikeluarkan jauh melebihi perkiraan awal. Awalnya, anggaran pembangunan hanya sebesar Rp 30 miliar, tetapi biayanya akhirnya mencapai Rp 230 miliar. Meskipun anggaran meningkat, semangat untuk menyelesaikan proyek ini tetap tidak luntur.
Dalam aspek arsitektur, Masjid Agung Jawa Tengah menggabungkan tiga gaya arsitektur yang berbeda, yaitu Jawa, Roma, dan Arab. Motif batik seni tradisional Jawa terlihat jelas pada dasar tiang masjid, menciptakan paduan budaya yang menakjubkan.
Pahatan kaligrafi, yang memadukan unsur-unsur arsitektur Timur Tengah, menghiasi dinding masjid. Selain itu, masjid ini juga memiliki enam payung hidrolik berukuran besar yang diadaptasi dari Masjid Nabawi di Madinah. Gaya arsitektur Roma tercermin dalam lapisan warna dan desain interior yang memukau.
Jelang awal pendiriannya, pada tanggal 28 November 2001, diadakan lomba arsitektur untuk menentukan desain terbaik. Lomba ini dimenangkan oleh Ir. H. Achmad Fanani dari PT. Atelier.
Pada tanggal 6 September 2002, Gubernur Jawa Tengah Mardiyanto, Menteri Agama Prof. Dr. K.H. Said Agil Al-Munawar, dan Ketua Umum MUI Pusat KH MA Sahal Mahfud secara simbolis menancapkan tiang pancang pertama sebagai tanda dimulainya pembangunan masjid seluas 10 hektar ini.
Masjid Agung Jawa Tengah, yang berlokasi di Jalan Gajah Raya, Kelurahan Sambirejo, Kecamatan Gayamsari, Kota Semarang, menjadi bukti nyata atas semangat, kerja keras, dan keberagaman yang menjadikan Indonesia tempat yang indah dan damai. Dengan keanggunan arsitekturnya dan sejarah panjangnya, masjid ini menghadirkan kedamaian dan inspirasi bagi siapa saja yang mengunjunginya.