SEMARANG, Banggasemarang.id – Kota Lama Semarang adalah salah satu tujuan favorit yang sering dikunjungi para wisatawan saat mereka mengunjungi Semarang. Sebagai salah satu area warisan budaya, Kota Lama menampilkan pemandangan bangunan-bangunan tua dan bersejarah dengan gaya arsitektur Eropa yang khas. Misalnya seperti Gereja Blenduk, Gedung Asuransi Jiwasraya, Gedung Bank Mandiri Mpu Tantular, Gedung Oudetrap, Gedung De Spiegel, Marba, dan masih banyak lagi.
Pada prinsipnya wilayah Kota Lama Semarang atau yang sering disebut Outstadt atau Little Netherland meliputi setiap wilayah di mana bangunan-bangunan yang didirikan sejak masa Belanda. Namun seiring berlalunya waktu istilah kota tua itu sendiri terfokus pada wilayah dari sungai Mberok sampai ke daerah Terboyo.
Sebabnya, pada zaman penjajahan Belanda, wilayah Kota Lama pernah dijadikan sebagai pusat administrasi dan pusat bisnis. Pada saat itu, Kota Lama Semarang dikenal dengan sebutan de Europeesche Buurt. Berikut ini catatan sejarah singkat Kota Lama Semarang.
Riwayat Kota Lama
Riwayat Kota Lama Semarang dimulai dari kesepakatan antara Kerajaan Mataram Islam dengan pihak Belanda yang diwakili VOC. Semarang, yang merupakan kota pelabuhan berbasis ekonomi dagang, membuat VOC tertarik untuk mengendalikannya, bersama dengan pelabuhan-pelabuhan lain di sepanjang pantai utara Jawa. Keinginan VOC tersebut mendapat dorongan pada paruh kedua abad ke-17, ketika Kerajaan Mataram Islam kesulitan menghadapi pemberontakan Trunojoyo dari Madura.
VOC mengakui siap membantu Pemerintah Mataram Islam menghadapi pemberontakan Trunojoyo. Namun, Pemerintah Mataram Islam diharuskan untuk menyerahkan Semarang sebagai ganti atas bantuan VOC tersebut. Perjanjian antara Pemerintah Mataram Islam dengan VOC pun terjadi pada 15 Januari 1678. Sejak saat itu, dibangun berbagai struktur di Kota Lama, mulai dari bangunan pemerintahan, pemukiman penduduk, hingga Benteng Vijhoek.
Perkembangan Kota Lama
Dalam perkembangannya, Benteng Vijhoek dirobohkan dan dibangun benteng baru yang mengelilingi seluruh wilayah Kota Lama. Pembangunan benteng baru berlangsung antara 1741-1756, yang dikenal sebagai Benteng Fase II. Sejak saat itu, Kota Lama Semarang dikenal sebagai Little Netherland, karena penampilannya menyerupai kota di Belanda. Untuk memudahkan akses keluar dan masuk warga Belanda, dibangun jalan-jalan penghubung di dalam benteng.
Pada era VOC dan penjajahan Belanda, Kota Lama Semarang menjadi pusat pemerintahan, industri, dan perdagangan. Setiap tahun, semakin banyak dibangun fasilitas kota, seperti teater Marabunta, bangunan rumah, dan kantor. Sampai abad ke-19 dan ke-20, Kota Tua masih menjadi pusat perdagangan di mana banyak pedagang Tionghoa dan Arab yang datang.
Kota Lama Semarang sendiri baru terkenal setelah Indonesia merdeka. Ini dikarenakan struktur-struktur yang ada di daerah ini memiliki gaya arsitektur Eropa khas zaman dahulu, terutama pada masa penjajahan Belanda. Saat ini, Kota Lama Semarang telah ditetapkan sebagai Kawasan Cagar Budaya Peringkat Nasional dan diusulkan sebagai Warisan Dunia ke UNESCO.