Banggasemarang.id — Tim Bangga Semarang berjalan-jalan ke sudut utara di Kota Semarang, tepatnya ke Masjid Layur, salah satu masjid tertua di Semarang dan masuk ke dalam Cagar Budaya Nasional. Bangunan masjid di Jalan Dadapsari Kecamatan Semarang Utara ini masih sangat asli, dengan menara tinggi yang kokoh, khas masjid peninggalan bangsa Arab di Indonesia.
Di sana, kami bertemu dan mengobrol dengan Naif Z. Hassan, warga Semarang keturunan Yaman jazirah Arab, yang tinggal di sekitar masjid Menara Layur. Mari kita simak bersama, cerita dari Bang Naiv Z. Hassan seputar Masjid Menara Layur.
Masjid Peninggalan Bangsa Arab
“Jadi sekitar 200 tahun yang lalu para pedagang yang datang ke Semarang atau ke daerah Hindia Belanda letaknya di Semarang ini mendirikan sebuah bangunan Masjid”,Naiv Z. Hassan
Di Semarang, kita bisa bernapak tilas ke bangunan bersejarah peninggalan bangsa Belanda, Tionghoa dan tak ketinggalan bangsa Arab. Mesjid Menara Layur ini didirikan oleh pedagang-pedagang atau saudagar keturunan Arab yang berasal dari sebuah kawasan yang bernama Hadramaut daerah Yaman, Jazirah Arab.
Tujuan mereka datang adalah untuk berdagang, dan juga menyebarkan syiar agama Islam. Tak hanya di Semarang, para pedagang dari Hardramaut Yaman ketika menyiarkan agama Islam di setiap kota selalu membangun sebuah masjid. Ada di Surabaya, Pekalongan, dan Jakarta.
Masjid Peninggalan Bangsa Arab
Di Semarang, kita bisa bernapak tilas ke bangunan bersejarah peninggalan bangsa Belanda, Tionghoa dan tak ketinggalan bangsa Arab. Mesjid menara layur ini didirikan sejak tahun 1802 oleh pedagang-pedagang atau saudagar keturunan Arab yang berasal dari sebuah kawasan yang bernama Hadramud daerah Yaman, Jazirah Arab
Bangunannya Masih Asli
“Bisa kita lihat bangunannya ini asli dari pertama kali dibentuk sampai sekarang.” ujar Naiv.
Kayu-kayu, tembok, bahkan menaranya di sini juga masih asli. Menara yang berdiri kokoh masih sama dengan konsep menara sejak awal dibangun.
“Walaupun sudah diperbaharui, walaupun sudah direnovasi, tapi ini juga khas budaya, peninggalan dari para pedagang Hadramaut atau yang terkenal dengan hadrolib letaknya di Negara Yaman. Itu orang tua kita yang cerita seperti itu,” tambahnya.
Namun awalnya, masjid ini berbentuk panggung. Bagian atas untuk sholat, dan bagian bawah untuk tempat wudhu. Karena air rob yang mulai melanda sekitar tahun 90an di daerah tersebut, banyak bangunan berserjarah di daerah lama ini tergerus oleh air rob, termasuk Masjid Layur. Maka, bagian bawah sudah tidak bisa digunakan lagi, tersisa bagian atasnya saja.
Khotbah Sholat Idul Fitri dan Idul Adha pakai Bahasa Arab
Ketika sholat Idul Adha maupun Idul Fitri, banyak dari para keturunan Arab khususnya dari Habaib, kaum masyaih itu datang untuk untuk melaksanakan shola Ied bersama-sama, dengan khotbah solat Idul Fitri dan Idul Adha menggunakan bahasa Arab.
“Jadi peninggalan-peninggalan orang tua kami, peninggalan orang ulama-ulama sampai sekarang masih kita lestarikan. Supaya apa, supaya anak generasi saya ini sampai ke bawah ini tahu bahwa di Semarang ada masjid peninggalan para saudagar-saudagar Arab yang berasal dari Yaman, yang harus kita lestarikan yang harus kita ketahui,”
Uniknya, sampai sekarang belum pernah dipakai untuk pelaksanaan sholat Jumat.
“Mungkin dulu pernah dipakai untuk sholat jumat, tapi nggak tau dari saya kecil saya nggak pernah ngerti ada sholat Jumat,” sebutnya.
Sedapnya Kopi Arab di Bulan Ramadhan
Menurut info yang Bang Naiv dengar dari jaman dahulu sampai sekarang ada tradisi buka bersama dengan kopi Arab.
“Kopi bumbu yang dimasak atau diracik dengan berbagai macam bumbu Arab,” imbuhnya.
Pada saat sholat tarawih banyak jamaah dari keturunan Arab melakukan sholat tarawih di Masjid Layur selama satu bulan penuh. Pada bulan suci tersebut, aktivitas di Masjid Layur menarik banyak orang untuk datang ke sana.
Pergerakan Kemerdekaan Bermula
“Pergerakan-pergerakan kemerdekaan Indonesia itu konon menurut sumber yang saya ketahui, dimulai juga dari kawasan ini. Makanya Belanda itu mempunyai sebuah, mengkotak-kotakkan kita. Bangsa Arab, ditempatkan di Jalan Layur, Jalan Petek, Kauman, dan jalan Pekojan,”
Pencipta lagu Hari Merdeka, yang kita kenal dengan nama H. Mutahar lahir di Semarang, tepatnya di Jalan Petek Kampung Bening Kelurahan Dadapsari Semarang.
“Bisa kita bisa lihat bahwa salah satu keturunan Arab Indonesia yang juga menciptakan lagu kemerdekaan Indonesia dan lagu Syukur, menjadi pencetus paskibraka, pramuka, itu dilahirkan di kota Semarang, yang bernama Habib Husein Bin Salim Al-Muthahar.”
Seru kan wisata religi sekaligus menambah wawasan sejarah bersama Bangga Semarang. Mau lagi yang asyik-asyik seputar Semarang, stay tune!