Proyek pembangunan rumah deret kampung nelayan yang berlokasi di RT 05/RW 16 Tambakrejo, Kel. Tanjungmas, Semarang Utara sudah rampung. Serah terima juga telah dilakukan antara pihak pengembang kepada Pemerintah Kota Semarang yaitu melalui Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (Disperkim).
Setidaknya ada 97 keluarga yang sisap menempati rumah deret tersebut. Keluarga yang akan menempati sebelumnya merupakan KK yang terdampak proyek normalisasi Banjir Kanal Timur. Untuk proses penempatan diperkirakan awal Januari. Pemkot Semarang sendiri dalam pembangunan rumah deret untuk nelayan tersebut melakukan sewa tanah.
Ali selaku Kepala Disperkim Kota Semarang menerangkan bahwa pihaknya telah mengadakan rapat bersama dengan Sekretaris Daerah Kota Semarang guna membahas skema penempatan hunian nanti seperti apa.
“Rumah deret tersebut kami prioritaskan untuk hunian sementara bagi 97 keluarga yang terdampak proyek normalisasi Banjir Kanal Timur. Namun terkait nanti apakah diberlakukan sistem sewa seperti rusunawa atau seperti apa, belum ditentukan,” terang Ali.
Pihaknya juga menjelaskan bahwa lahan yang digunakan untuk pembangunan proyek tersebut merupakan milik Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali-Juana.
“Sistem sewa tanah kepada BBWS diberlakukan selama 5 tahun untuk tahap pertama dan diberikan kesempatan perpanjangan sekali,” jelasnya, Selasa (29/12/2020).
Ali menambahkan bahwa sebenarnya ada 147 keluarga terdampak proyek normalisasi di Kampung Tambakrejo. Namun ternyata hanya ada 50 keluarga yang berkenan untuk direlokasi ke Rusunawa Kudu. Sehingga yang lainnya lebih memilih untuk tinggal dengan tempat seadanya di sekitaran jembatan layang di Kampung Tambakrejo.
“Dari jumlah awal 97 keluarga, ternnyata sekarang hanya tersisa 57 keluarga yang masih tinggal di bedeng-bedeng itu. Sementara 40 keluarga yang sebelumnya sudah terdata telah pindah ke berbagai tempat. Namun intinya kami sudah memiliki data 97 keluarga tersebut,” tegas Ali menerangkan.
Rumah deret tersebut bertipe 24 serta dilengkapi dengan bioseptik pengelolaan air kotor. Bukan cuman itu, rumah juga sudah dilengkapi dengan listrik dan PDAM. Untuk biaya proyek pembangunan rumah deret kampung nelayan sendiri telah menghabiskan dana sebesar Rp 8,3 miliar yang diambil dari APBD tahun 2020.
Direncanakan kampung nelayan tersebut juga nantinya akan dibangun fasilitas umum agar lebih nyaman dihuni, seperti taman bermain anak-anak. “Kami tetap berkeinginan agar nantinya warga yang menempati hunian sementara tersebut merasa nyaman,” papar Ali.