Tantangan dan Peluang Industri Game Indonesia: Persaingan Pasar Game dan Regulasi Pemerintah

red and white Game On LED signage

BanggaSemarang.id – Industri game di Indonesia tengah mengalami transformasi signifikan. Di tengah pesatnya pertumbuhan pasar digital, sektor game menjadi salah satu primadona ekonomi kreatif yang menjanjikan masa depan cerah bagi para pelaku usaha muda dan pengembang lokal. Namun, realitas pahit harus dihadapi: dominasi pemain asing yang mencapai 95% dari total nilai pasar membuat pengembang lokal berjuang keras untuk merebut kembali pangsa pasar di negeri sendiri.

Namun, bukan berarti harapan sirna. Pemerintah kini turun tangan dengan regulasi baru yang diharapkan dapat mengubah lanskap industri game Indonesia. Dari penerapan sistem rating game hingga upaya mendorong ekosistem yang lebih adil, langkah-langkah strategis ini menjadi kunci transformasi industri game nasional.

Potret Pasar Game Indonesia: Angka yang Mencengangkan

Industri game Indonesia mencatat pencapaian luar biasa. Menurut data Kementerian Ekonomi Kreatif RI yang disampaikan oleh Menteri Teuku Riefky Harsya pada April 2025, pangsa pasar game di Indonesia mencapai USD 2 miliar atau sekitar Rp 33,7 triliun pada tahun 2024. Angka fantastis ini menempatkan Indonesia sebagai pasar game terbesar pertama di Asia Tenggara, peringkat keempat di Asia, dan posisi ke-15 di dunia. (Sumber: PasarGames.id)

Lebih mengejutkan lagi, Indonesia juga menempati posisi ketiga sebagai pasar potensial terbesar di industri game global, terutama dalam sektor mobile gaming berdasarkan data unduhan dari Google Play. Proyeksi menunjukkan potensi pasar game Indonesia akan mencapai USD 2,5 miliar atau sekitar Rp 36 triliun hingga tahun 2025. (Sumber: KataData.co.id)

Dengan 148 juta orang aktif bermain game di Indonesia, negara ini menjadi surga bagi developer game global. Namun, di balik angka-angka menggiurkan tersebut, tersembunyi ironi yang menyedihkan. Dari kue sebesar Rp 33-36 triliun itu, pengembang game lokal Indonesia hanya mampu meraih 5% atau bahkan 0,5% menurut beberapa sumber. Sisanya, 95-99,5% pangsa pasar dikuasai oleh developer asing. (Sumber: Detik.com)

Direktur Aplikasi dan Tata Kelola Ekonomi Digital Kementerian Komunikasi dan Digital, Muhammad Neil El Himam, mengakui realitas pahit ini. “Pangsa pasar Indonesia tahun lalu itu USD 2 miliar. Jadi dari USD 2 miliar mungkin baru kurang lebih 5% yang kita tangkap,” ungkapnya dalam peluncuran Google x Unity Game Developer Training Program 2025.

Tantangan dan Peluang Pengembang Lokal

Meski berada di posisi yang tidak menguntungkan, bukan berarti pengembang lokal menyerah begitu saja. Ada kisah inspiratif yang membuktikan bahwa game buatan Indonesia mampu bersaing di kancah global.

Mojiken Studio dari Surabaya menjadi contoh nyata kesuksesan developer lokal. Game karya mereka, “A Space for the Unbound”, yang dirilis pada tahun 2023 bersama penerbit Toge Productions, disambut hangat oleh pasar internasional dan menyabet berbagai penghargaan. Game bergenre petualangan dengan latar pinggiran kota Indonesia di akhir 1990-an ini mengisahkan perjalanan sepasang remaja, Atma dan Raya, yang mencoba menyembuhkan trauma masa kecil mereka. (Sumber: Harian Disway)

Keunikan setting lokal dan narasi yang kuat membuat “A Space for the Unbound” berhasil menembus pasar global. Kesuksesan ini membuktikan bahwa konten lokal dengan eksekusi berkualitas tinggi dapat diterima pasar internasional. Mojiken Studio, yang digawangi oleh anak-anak muda jebolan ITS ini, menunjukkan bahwa talenta Indonesia tidak kalah dengan developer luar negeri.

Namun, kesuksesan individual seperti Mojiken Studio masih menjadi pengecualian, bukan norma. Tantangan struktural yang dihadapi developer lokal sangat kompleks: minimnya akses pendanaan, keterbatasan infrastruktur teknologi, kesulitan distribusi dan marketing, serta persaingan tidak seimbang dengan publisher asing yang memiliki budget marketing jauh lebih besar.

Menteri Ekonomi Kreatif, Teuku Riefky Harsya, menekankan pentingnya kolaborasi. “Statistik ini menggambarkan peluang dan kesempatan untuk kita baik di pemerintah, di asosiasi kemudian juga dengan pihak swasta untuk sama-sama mendorong industri game menjadi tuan rumah di negeri sendiri dan tentunya juga untuk masuk ke pasar global.”

Regulasi Pemerintah: Indonesia Game Rating System (IGRS)

Melihat kondisi industri yang tidak seimbang, pemerintah Indonesia mengambil langkah strategis dengan meluncurkan Indonesia Game Rating System (IGRS). Sistem klasifikasi game nasional pertama di Asia Tenggara ini diumumkan secara resmi oleh Kementerian Komunikasi dan Digital dalam ajang Indonesia Game Developer Exchange (IGDX) 2025 di Badung, Bali.

IGRS merupakan layanan klasifikasi game berdasarkan amanat Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun 2024 tentang Percepatan Pengembangan Industri Gim dan Peraturan Menteri Kominfo Nomor 2 Tahun 2024 tentang Klasifikasi Game. Sistem ini akan mulai berlaku efektif pada Januari 2026 dan mencakup semua game yang diterbitkan dan beroperasi di wilayah Indonesia.

Direktur Jenderal Ekosistem Digital Kementerian Komdigi, Edwin Hidayat Abdullah, menjelaskan bahwa IGRS akan mengklasifikasikan game berdasarkan kelompok usia pemain. Tujuan utamanya adalah memastikan kesesuaian konten dengan perkembangan usia dan melindungi kepentingan umum, terutama anak-anak, dari konten yang tidak sesuai.

Yang menarik, aturan IGRS berlaku untuk semua game di berbagai platform, termasuk game dari developer luar negeri. “Sama saja, mau dari luar, selama itu yang mainin anak-anak Indonesia, diedarkan di Indonesia wajib mencantumkan,” tegas Edwin.

Sanksi bagi yang melanggar pun cukup tegas. Jika game tidak sesuai dengan rating, klasifikasinya akan diubah. Namun jika melanggar ketentuan berat—seperti mengandung unsur kekerasan ekstrem, pornografi, atau perjudian—game tersebut akan langsung di-take down. “Jadi jangan main-main sama rating. Kalau mereka berbohong ya kita take down sampai disesuaikan dengan usianya atau yang pantas untuk game itu,” tambah Edwin.

Selain aspek perlindungan konsumen, IGRS juga dirancang untuk menciptakan ekosistem game yang lebih sehat dan mendorong pertumbuhan industri lokal. Dengan standar yang jelas, developer lokal diharapkan dapat bersaing lebih fair dengan pemain global.

Dampak Regulasi terhadap Ekosistem Industri Game

Penerapan IGRS dan regulasi terkait diharapkan membawa dampak positif bagi industri game Indonesia.

Pertama, perlindungan konsumen terutama anak-anak akan meningkat karena klasifikasi konten yang jelas. Orang tua dapat lebih mudah memilih game yang sesuai untuk anak mereka.

Kedua, regulasi ini mendorong profesionalisme developer, baik lokal maupun asing. Standar yang jelas memaksa semua pihak untuk mematuhi aturan yang sama, menciptakan level playing field yang lebih adil.

Ketiga, dengan regulasi yang ketat, pemerintah dapat lebih mudah mengidentifikasi dan membina developer lokal. Program-program pelatihan dan pendampingan dapat lebih terarah.

Namun, ada juga kekhawatiran. Beberapa developer khawatir regulasi yang terlalu ketat dapat menghambat kreativitas dan inovasi. Proses klasifikasi yang rumit juga berpotensi menjadi barrier to entry bagi developer indie kecil yang memiliki keterbatasan sumber daya.

Karena itu, implementasi IGRS harus dilakukan dengan cermat. Pemerintah perlu memastikan prosesnya tidak terlalu birokratis dan memberikan dukungan khusus bagi developer kecil dan menengah lokal.

Harapan dan Strategi ke Depan

Menteri Komunikasi dan Digital, Meutya Hafid, menegaskan bahwa IGRS merupakan bagian dari upaya menciptakan ekosistem game yang sehat dan bertanggung jawab. Namun regulasi saja tidak cukup. Diperlukan strategi komprehensif untuk memberdayakan industri game lokal.

Beberapa langkah yang perlu dilakukan antara lain: peningkatan akses pendanaan bagi developer lokal melalui venture capital dan program inkubasi, pelatihan berkelanjutan untuk meningkatkan skill developer Indonesia seperti yang dilakukan Google dan Unity, kemudahan perizinan dan insentif pajak bagi developer game lokal, kolaborasi antara pemerintah, industri, dan akademisi untuk mengembangkan talenta, serta promosi game Indonesia di pasar global melalui pameran dan festival game internasional.

Dengan pangsa pasar yang sangat besar dan jumlah pemain yang fantastis, Indonesia memiliki modal kuat untuk menjadi pemain utama di industri game global. Yang dibutuhkan adalah ekosistem yang mendukung, regulasi yang adil namun tidak membelenggu, dan komitmen semua pihak untuk mengembangkan industri ini.

Tips Bisnis Digital di Sektor Game

Bagi para profesional muda dan pengusaha digital yang tertarik terjun ke industri game, berikut beberapa strategi yang dapat diterapkan:

Pertama, fokus pada niche market. Alih-alih bersaing langsung dengan game AAA dari developer besar, temukan segmen pasar spesifik yang belum terlayani dengan baik. Game dengan konten lokal seperti “A Space for the Unbound” membuktikan bahwa keunikan dapat menjadi keunggulan kompetitif.

Kedua, manfaatkan platform mobile. Indonesia adalah pasar mobile gaming terbesar ketiga di dunia. Platform mobile memiliki barrier to entry yang lebih rendah dibanding PC atau console.

Ketiga, bangun community. Libatkan pemain sejak tahap development melalui early access atau beta testing. Community yang solid dapat menjadi marketing gratis yang sangat efektif.

Keempat, pelajari monetization strategy. Pahami berbagai model bisnis dalam game: premium, freemium, in-app purchase, ads, subscription, atau hybrid. Sesuaikan dengan target market Anda.

Kelima, manfaatkan program pelatihan dan pendanaan. Pemerintah dan berbagai organisasi menyediakan program seperti Google x Unity Game Developer Training. Manfaatkan kesempatan ini untuk meningkatkan skill dan networking.

Keenam, pahami dan patuhi regulasi. Dengan berlakunya IGRS pada 2026, pastikan game Anda sudah memenuhi standar klasifikasi yang ditetapkan sejak awal development.

Ketujuh, jangan ragu untuk go global. Market Indonesia memang besar, tetapi market global jauh lebih besar. Platform seperti Steam, Epic Games Store, Google Play, dan App Store membuka akses ke pasar dunia.

Penutup: Momentum Transformasi

Industri game Indonesia berada di titik krusial. Di satu sisi, ada potensi pasar yang luar biasa besar dengan 148 juta pemain aktif dan nilai mencapai Rp 36 triliun. Di sisi lain, developer lokal masih terpinggirkan dengan pangsa hanya 5%.

Regulasi seperti IGRS yang akan berlaku 2026 memberikan harapan baru. Namun, regulasi saja tidak cukup. Dibutuhkan ekosistem yang mendukung: akses pendanaan, pelatihan, kemudahan perizinan, dan promosi.

Kesuksesan Mojiken Studio dan beberapa developer lokal lainnya membuktikan bahwa Indonesia memiliki talenta yang mampu bersaing global. Yang diperlukan adalah dukungan sistemik dan komitmen jangka panjang dari semua stakeholder.

Bagi para profesional muda dan pengusaha digital, industri game menawarkan peluang bisnis yang menjanjikan. Dengan strategi yang tepat, pemahaman market yang mendalam, dan eksekusi yang solid, tidak mustahil developer Indonesia dapat menjadi tuan rumah di negeri sendiri dan bahkan go global.

Saatnya Indonesia tidak hanya menjadi konsumen game, tetapi juga produsen game berkelas dunia. Momentum transformasi sudah di depan mata. Mari kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya.